Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/08/cara-membuat-link-bergoyang-di-blog.html#ixzz2B7eH9lkQ

28 Desember 2014

Qias/logika Dalam Beramal

Salah satu sumber hukum islam ad kias. Setelah Al Qur'an,Hadist, Ijma kemudian posisi keempat qias... ketika tdk ada nas-nas tegas dr Al Qur'an dan Sunnah, tdk ada ket. dr pd Sahabat Rasulullah Sallallahu 'Alahi Wasallam yg jelas dan tegas pula maka muncul masalah baru ktika itu qias memerankan peranan pentingnya untuk menetapkan syariat Islam.
qias atau logika, Bahkan kias yg menyebabkan iblis itu diusir dr surga, ktika dia menolak perintah Allah untk sujud kpd Nabi Adam Alaihi Salam dgn qiasnya lalu dgn logikax dia menganggap "Ya Allah engkau ciptakan aku dr api lebih mulia dr tanah"

Sebagian org mengira melakukan amalan karya diri sendiri, karya org lain asal itu membw kedamaian, asal itu dpt meneteskan air mata adalah kebaikan. Tdk seluruh yg membw kedamaian hati dan tdk seluruh yg memberi tetesan air mata adalah sunnah. Imam Al Jauzi berkarta dlm kitab tablis iblis "salah satu cara iblis untk menyesatkan manusia adalah menanamkan bahwa kedamaian,ketentraman hati dan tetesan air mata adalah ibadah bagaimanapun caranya" dan ini merupakan sarana iblis untuk org2 yg rajin beribadah. Kpn itu? Ktika tdk mnjadikan Sunnah Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam sbagai pemimpin tdk menjadikan acuan dlm beramal. 
Imam Syafi'i berkata Barang siapa mengamalkan amalan yg tdk prn diajarkan oleh Rasulullah, dan dia niatkan dirinya untk mendekatkan dirinya kpd Allah, sungguh didlm hatinya telah ada penyakit ia menganggap Rasulullah tlah khianat tentang risalah.

Wallahu A'lam Bissab

11 September 2014

Imam Al Jauzi berkata didalam kitab Shaidul Khatir "Jangan tertipu dan terpedaya oleh penampilan seseorang ketika anda melihat jenggotnya yg lebat serban,jubahnya lalu sikap tawaduhnya ! sampai engkau mengukur keikhlasan dan kebenaran amaliahnya"

26 Agustus 2014

Jalan ini Berat


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم  Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam.

Setahun telah berlalu...
Bertambah usia setiap kita semakin sedikit pula masa kehidupannya didunia.
Perjalanan seorang hamba/manusia menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala menuntut serta mengharuskan kita untuk mengilmui memahami dan mengerti tujuan hakekat penciptaan diri kita… Kenapa kita diciptakan? 
Apa yang diinginkan oleh Allah Subhanuhu Wa Ta ‘ala dari setiap kita? lalu bagaimana pula jalan yg harus kita tempuh untuk mewujudkannya?

Setiap hamba diuji oleh Allah Subhanahu Wa Ta ‘ala dgn dua perkara…
Yang pertama adalah perkara Syar’i (ikhtiari) dimana seorang hamba diberikan pilihan.
Dan yg kedua adalah diuji dgn perkara (khauni) takdir2  yang Allah tetapkan kpd setiap kita dan tdk ada pilihan yg lain.

Ujian yg pertama yg diberikan Allah kepada setiap manusia yg berjalan menujunya! Anda,saya, kita semuanya berada diatas jalan menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala perkara pertama yg diujikan kepada kita yaitu perkara Syar’i dimana perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yg diturunkan kpd Rasulnya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah meninggalkan umat ini dlm keadaan terang benderang diatas petunjuk yg haq/benar). Allah telah tunjukkan jalan yaitu jalan keimanan ada dan juga jalan kekufuran, lalu Allah siapkan pula surga dan neraka.
Manusia diperintahkan beriman !! manusia diberikan pilihan hendak memilih jalan yg mana? Mau jd org yg taat silahkan jalankan perintah Allah...  diperintah anda shalat ! anda bisa melakukannya juga bisa tidak melakukannya, diperintahkan kita ke masjid ! anda bisa datang juga bisa tidak, diperintahkan anda menutup aurat (wanita muslimah) ! anda bisa menutupnya juga bisa tidak, disini kita diberikan pilihan. Dalam perkara Syar’i (syariat islam) ujian2 yg diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala yg dituntut Allah kepada setiap kita adalah ketundukan mutlak, kepatuhan dan menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara sempurna baik dlm perkara2 yg kita sukai maupun yg tdk kita sukai.

Sebagian dari kita telah mengetahui jalan dan telah menempuh jalan yg haq itu salah satunya dgn mengkaji ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hadist Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hingga sampai merasakan kelezatan ibadah, kedekatan kepada Allah dalam ketaatan2 yg kita lakukan lantas kita mengira dgn itu semuanya sudahlah cukup,  namun disisi lain ada perintah-perintah Allah yang bertentangan dgn keinginan dan hawa nafsu kita, kita dapatkan ada ganjaran dihati, didada ketika itu kita diuji.
Jika kita memahami hakekat penciptaan diri kita, jika kita benar2 memahami apa yg diminta Allah dari setiap kita! ketundukan,kepatuhan, ketaatan yg mutlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam perkara2 yg kita sukai maupun yg kita tdk sukai.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman didlm Al Qur’an yg menunjukkan betapa sangat pentingnya masalah ini bahkan yg membedakan org yg baik dan tdk baik, yg membedakan org2 yg shaleh dan org2 yg lalai dan lengah adalah ketundukan dan kepatuhan yg mutlak kpd perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tanpa membeda-bedakannya dlm segala kondisi dan keadaannya.

                  ف ل وَرَبِّكَ ل يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ  يُحَكِّمُوكَ فِيمَا  شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ اْيَجِدُو فِي أَنفُسِهِمْ  حَرَجاً  مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً                                                                                 
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak dikatakan beriman hingga mereka menjadikanmu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS An Nisaa ayat 65.

Diantara pertekaran yg sebenar-benarnya adalah pertekaran diri kita dgn hawa nafsu, hawa nafsu yg terkadang membawa kita pd ketaatan dilain waktu dia membawa pd kelalaian dan kelengahan (kondisi peperangan yg sesungguhnya), siapa yg kita turuti ketika dlm kondisi tersebut? Sudahkah Allah dan Rasulnya yg lebih kita dahulukan?
Ibarat seperti seseorang yg telah mengetahui kebenaran, memegang ketaatan,menjalani ibadah,melaksanakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetapi ada kesenjangan dihatinya, ada sdikit penyakit dan dia tdk mengenal penyakit didlm hatinya itu(lemahnya keyakinan). Jika kita tdk meyakini bahwasanya jalan menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu berat !! dan jika kita tdk mengetahui, tdk pula meyakininya bahwa kita akan senantiasa diuji oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka kita akan binasa. 

Didalam Al Qur'an surah Al Baqarah Allah berfirman, menunjukkan bahwasanya kesusahan dan musibah itu tdk lain merupakan ujian bagi orang yg mengetahuai hakekat yg sesungguhnya dari keimanan. 

Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga? Sementara belum menimpa kalian apa yang menimpa orang-orang sebelum kalian? Dahulu mereka telah ditimpa kesusahan,dan di goncangkan dengan berbagai cobaan dan ujian. QS Al Baqarah ayat 214

Berarti mau tdk mau barang siapa menempuh jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala harus menghadapi dua perkara ini yang pertama ketundukan terhadap perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala pertanyaannya apakah kita sudah ridha terhadap syariat Allah baik ketika kita suka maupun tdk suka? baik dlm keadaan kelapangan maupun dlm keadaan yg sempit ataukah kita masih menjalankan syariat Allah yg sesuai dgn keinginan kita. Kemudian yang kedua setelah Allah Subhanahu Wa Ta’ala  mengetahui kebenaran,keimanan dan ketulusan kita menempuh jalan yg haq lalu Allah uji, terkadang didlm kesendirian, terkadang dlm gangguan-ganguan musuh kebenaran dengan takdir-takdir yg telah ditetapkan dan tdk ada pilihan yg lain. Jalan ini berat. 
Semoga menjadi pembelajaran setiap kita khususnya bagi diri saya pribadi 

Wallahu'alam bissawab

22 April 2014

Sifat Malu


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم  Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam.

Salah satu ciri khas dinul islam (agama islam) adalah akhlak. Dimana dengan akhlak itu  kita mampu untuk membedakan antara ikhlas dan dusta yang membedakan ketaatan dan kekufuran.Yang membedakan orang saleh dan pelaku maksiat (lalai dan lengah). Dan yang membedakan antara muslim dan kafir itu adalah akhlak.


Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus untuk menyempurnakan akhlak yg saleh, akhlak yg baik, akhlak yg mulia. Akhlak yg mulia inilah seseorang akan mampu mengalahkan orang yg banyak puasa sunnah dan shalat malam. Ada satu akhlak islam yg hilang dari kebanyakan umat islam saat ini apabila seseorang memilikinya, menghiasi diri dia! dia akan mendapatkan kedudukan yg tinggi disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dicintai oleh Malaikat dicintai oleh mahluk. Apabila akhlak ini hilang maka hilang kesempurnaan keimanannya, akhlak ini yang dimaksud adalah sifat malu.

Kalimat malu itu sering kita dengar, terkadang kita memuji dan sering juga kita mencela seseorang yg pemalu. Al Imam An Nawawi di dalam syarah shahih muslim salah satu karya ilmiah beliau, beliau mendefenisikan makna Al Haya’u atau Malu dalam bahasa kita, secara etimologi beliau menjelaskan terminologinya “Malu itu adalah suatu akhlak yang terpuji, yang mendorong seseorang untuk meningglakan sesuatu yg buruk, serta mencegah dia dari melalaikan hak orang yg berhak”  inilah dia Malu sebuah sifat yg terpuji yg mendorong seseorang untuk meninggalkan perkara2 yg keji, perkara yg buruk dan tercela dimata manusia dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dizaman ini yg begitu derasnya arus informasi dan globalisasi, dimana zaman manusia mengalami krisis akhlak dan moral, dizaman dimana tua muda besar kecil kehilangan sifat yg mulia ini yg menjaga marwah seseorang perlu rasanya kita sebagai muslim kembali mentadabburi,melihat,merenungi keutamaan sifat2 malu.

Apa saja kemuliaan,keutamaan dan keistimewaan sifat malu ini. 
Didalam sebuah Hadist yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Imran Bin Hushain Radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  
    
    اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْإِلاَّخَيْـرٍ    
                                          Malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan                                             
Jika kita pahami malu itu adalah kebaikan maka perumpamaan disuatu masyarakat jika sdh hilang sifat malu niscaya akan hilang kebaikan dinegeri tersebut yg ada hanya kecurigaan,dengki mendengki, saling memusuhi, perbuatan keji dan kemungkaran. Bahkan terhadap sebuah rumah tangga saat istri tdk malu lagi membangkan kpd suami, disaat suami tdk malu lagi melalaikan hak2 istri, disaat anak tdk malu lagi berbuat durhaka kpd kedua orang tuanya ! kebaikan apa yg diharapkan dari rumah tangga tersebut?  ketika seorang guru tdk lagi memiliki lagi sifat malu ! apa yg kita harapkan kpd anak2 murid yg dididik oleh guru yg tdk lagi memiliki sifat malu? Melakukan kekejian sudah pasti, bahkan musibah demi musibah akan menghantui disetiap saat.
Malu adalah bagian dari keimanan, semakin kuat sifat malu seseorang semakin kuat dan bertambah pula keimanannya. Sifat malu adalah akhlak islam, dari Imam Malik dan Ibnu Majah didalam Hadist yang shahih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

     إِنَّ لِكُلِ دِيْنٍ خُلُقًا خَلُقُاْ لإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ
Setiap agama itu memiliki akhlak, dan akhlak Islam itu adalah malu
Mungkin ada yg bertanya; kan banyak akhlak2 yang lainnya? kenapa Rasulullah katakan akhlak islam itu malu? Bukan hanya malu akhlak islam tetapi sifat malu itu tercakup didalamnya akhlak2 yg lain seperti orang yang taat berarti dia memiliki sifat malu karna dia malu kepada Alllah Subhanahu Wa Ta’ala kalau seandainya dia tidak menunaikan hak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, org yg bersedakah memiliki sifat malu knp? Krn dia malu dia mempunyai saudaranya dlm keadaan susah sementara dia senang2, org yg bodoh menuntut ilmu, knp? krn dia malu kalau seandainya dia tdk bisa beribadah kepada Allah dengan benar. Kalau kita pahami malu itu adalah hakekat keimanan yg dapat mengangkat derajat seseorang oleh karena itu orang yang sangat memiliki sifat malu itu adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagaimana ibadah-ibadah yg beliau lakukan. Lalu bagaimana kiranya jika seseorang malu? menegakkan syariat dan sunnah, malu memberi nasehat,malu mencegah kemungkaran… bagaimana malu seperti ini? Sedangkan yg kita ketahui dan pahami malu itu adalah kebaikan bagaimana hakekat hal seperti ini?

Terkadang seseorang (kaum muslimah) ditanya  mengapa engkau tdk menutup aurat?  Malu ditempat saya bekerja mayoritas org2 tdk memakai jilbab atau belum siap nantilah adapula seseorang ditanya kenapa engkau tdk memelihara jenggot? Malu dizaman sekarang ini nanti diolok-olok orang ! nahh malu seperti ini bagaimana kedudukannya didalam islam? Sebenarnya ini bukanlah sifat malu tetapi ini adalah sifat pengecut dan lemah keimanan, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita didalam Hadist “Barang siapa melihat kemungkaran rubahlah dengan tangannya jika tidak sanggup dengan lisannya jika tidak sanggup dengan hatinya”  maka malu yang sebenar-benarnya disini adalah malu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala malu seperti  inilah yg dapat pula menghidupkan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sekaligus kita terhindar dari tipu daya setan dengan alasan malu.
 
TERIMA KASIH